BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Penyakit infeksi dalam kehamilan
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri yang sangat
membahayakan bagi ibu hamil. Penyakit ini akan semakin berisiko apabila dan
dapat menyebabkan kematian pada janin yang dikandung ibu hamil Penyakit ini
menjadi suatu masalah dalam kesehatan reproduksi di Indonesia, hal ini
disebabkan karena penyakit infeksi kehamilan dapat mengganggu kesehatan
reproduksi dan perkembangan janin dalam tubuh ibu hamil.
Dampak yang timbul akibat infeksi
dalam kehamilan ini, khususnya bagi ibu hamil tidak dapat diabaikan begitu
saja. Masalah tersebut merupakan masalah besar yang memerlukan penanganan khusus
dengan biaya mahal tapi hasilnya tidak begitu memuaskan.
Penyakit
infeksi dalam kehamilan menjadi perhatian dari semua pihak, mengingat
pengaruhnya terhadap keselamatan manusia pada saat ini maupun keselamatan
generasi penerus atau keturunan. Maka dari itu diperlukan penanganan sedini
mungkin dengan cara menjaga kebersihan lingkungan dan makanan serta
menghindarkan hubungan seksual yang tidak sehat. Hepatitis dan penyakit hati
lain yang terjadi selama kehamilan harus menjadi perhatian karena dapat menimbukan
masalah kesehatan serius, baik bagi ibu maupun bayi.
Pada
wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepa-titis virus adalah sama dengan
wanita tidak hamil pada umuryang sama.Kelainan hepar yang mempunyai hubungan
langsung dengan peristiwa kehamilan, ialah :Acute fatty liver of pregnancy
(Obstetric acute yellow-atrophy).Recurrent intra-hepatic cholestasis of
pregnancy. (2)Infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubungan langsung
dengan peristiwa kehamilan, namun tetap memerlu-kan penanganan khusus,
mengingat penyulit-penyulit yang mungkin timbul baik untuk ibu maupun janin.
1.2
Rumusan Masalah
Pengaruh
hepatitis pada kehamilan yang akan dibahas pada makalah ini adalah:
1. Apakah pengertian hepatitis ?
2. Bagaimana fisiologi hati pada
kehamilanan ?
3. Bagaimana timbulnya hepatitis pada
kehamilan ?
4. Apa pengaruh hepatitis pada
kehamilan ?
5. Bagaimana pengobatan hepatitis pada
kehamilan ?
6. Bagaimana pencegahan hepatitis pada
kehamilan ?
1.3
. Tujuan penulisan
1. Tujuan
Umum
Untuk dapat mengetahui serta dapat memahami
mengenai permasalahan dalam penyakit hepatitis dalam kehamilan serta upaya
penanggulangannya
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian
dari penyakit hepatitis pada kehamilan
b. Untuk mengetahui kerja fisiologi
hati pada kehamilan
c. Untuk dapat mengetahui penyebaran
penyakit hepatitis dalam kehamilan
d. Untuk dapat mengetahui
pengaruh penyakit hepatitis dalam kehamilan
e. Untuk mengetahui pengobatan dan
pencegahan penyakit hepatitis pada kehamilan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Hepatitis pada Kehamilan
Hepatitis merupakan suatu istilah
umum untuk terjadinya peradangan pada sel-sel hati. Hepatitis dapat disebabkan
oleh kondisi non-infeksi seperti obat-obatan, alkohol, dan penyakit autoimun,
atau oleh adanya infeksi seperti hepatitis virus.
Penyakit hati biasanya jarang
terjadi pada wanita hamil, namun apabila timbul ikterus pada kehamilan, maka
penyebabnya paling sering adalah hepatitis virus.
Adapun ikterus
pada kehamilan sebenarnya dapat disebabkan oleh beberapa keadaan :
a. Ikterus yang terjadi oleh karena kehamilan.
1.
Perlemakan
hati akut.
2.
Toksemia.
3.
Kolestatis
Intrahepatik.
b.
Ikterus yang terjadi bersama dengan suatu kehamilan.
1. Hepatitis Virus
2. Batu Empedu
3. Penggunaan obat-obatan hepatotoksik
4. Sirosis hati
Ikterus dapat timbul pada satu dari
1500 kehamilan, 41% di antaranya adalah hepatitis virus, 21% oleh karena
kolestasis intrahepatik, dan kurang dari 6% oleh obstruksi saluran
empedu di luar hati.
2.2
Fisiologi Hati dalam Kehamilan Normal
Pada
kehamilan, hepar ternyata tidak mengalami pembesar-an.Hal ini bertentangan
dengan penelitian pada binatang yangmenunjukkan bahwa hepar membesar pada waktu
kehamilan. Bila kehamilan sudah mencapai trimester ke III, sukar untukmelakukan
palpasi pada hepar, karena hepar tertutup oleh pembesaran rahim. Oleh karena
itu bila pada kehamilan tri-mester ke III hepar dapat dengan mudah diraba,
berarti sudah terdapat kelainan-kelainan yang sangat bermakna.
Pada kehamilan normal, tes fisologi
hati seperti bilirubin dan transaminase serum biasanya tidak menunjukkan
kelainan. Ekskresi BSP biasanya normal, dapat sedikit terganggu pada
trimester ke tiga. Peningkatan fosfatase alkali dalam serum dapat
terjadi pada bulan ke sembilan kehamilan peningkatan ini disebabkan oleh
produksi dari sinsisiotrofoblas dari plasenta.
Kolesterol serum total meningkat sejak bulan ke empat, biasanya
mencapai puncaknya sekitar 250 mg% pada bulan ke delapan, dan jarang melebihi
400 mg%. Albumin serum menurun sampai maksimal 1 g% dari keadaan
sebelum hamil pada trimester ke tiga, yang biasanya berhubungan dengan status
nutrisi orang hamil tersebut. Globulin meningkat, demikian pula fibrinogen.
Dengan pemeriksaan elektroforesis protein serum penderita, tampak globulin
alfa-2 dan beta meningkat, sedangkan globulin gama sedikit menurun.
Perubahan-perubahan
mikroskopik pada hepar akibat keha-milan adalah tidak khas.Pengaliran darah ke
dalam hepar tidak mengalami perubahan,meskipun terjadi perubahan yang sangat
menyolok pada sistem kardio vaskuler .Wanita
hamil sering menunjukkan tanda-tanda mirip adanyapenyakit-penyakit hepar,
misalnya : spider naevi dan eritema palmaris
Adanya spider nevi dan
eritema palmaris bukan disebabkan oleh gangguan faal hati, melainkan oleh
karena estrogen yang meningkat pada kehamilan; tanda-tanda
ini dapat terjadi pada 2/3 wanita hamil yang berkulit putih,
dan sedikit pada kulit berwama.
Pemeriksaan
biopsi hati tidak menunjukkan kelainan, meskipun kadang-kadang tampak infiltrasi
limfosit yang ringan pada daerah portal, dan pada pemeriksaan dengan mikroskop
elektron terlihat peningkatan retikulum endoplasmik. Aliran darah ke
hati juga tidak mengalami perubahan yang berarti.
Semua protein
serum yang disintese dalam hepar akan mengalami perubahan pada waktu kehamilan.
Jumlah protein serum menurun sekitar 20% pada trimester II, akibat penurunan
kadar albumin secara menyolok, sedang fibrinogen justru mengalami kenaikan.
2.3 Hepatitis virus pada Kehamilan
Pada wanita hamil kemungkinan untuk
terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan wanita tidak hamil pada usia yang
sama. Sarjana lain mengatakan bahwa di negara sedang berkembang, wanita hamil
lebih mudah terkena hepatitis virus, hal ini erat hubungannya dengan keadaan
nutrisi dan higiene sanitasi yang kurang baik.
Hepatitis virus dapat timbul pada
ketiga trimester kehamilan dengan angka kejadian yang sama; tetapi
Siegler dan Keyser mendapatkan angka 9.5% hepatitis virus terjadi pada
trimester I, 32% terjadi pada trimester II, dan 58,5% terjadi pada
trimester III.
Gambaran klinik, laboratorium, dan
histopatologi adalah sama dengan penyakit hepatitis virus pada orang tidak
hamil.
a.
Gambaran
Klinik
Penyakit ini
biasanya memberikan keluhan demam, anoreksia, nyeri otot, gejala-gejala mirip
flu (flu-like syndrome), mual atau muntah, serta nyeri perut, yang kemudian
akan diikuti mata atau kulit berwarna kuning, serta buang air kecil akan
berwarna kecoklatan. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai ikterus dan hepatomegali,
sedangkan splenomegali hanya ditemukan pada 20–25% penderita.
b.
Pemeriksaan
Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium akan
didapatkan gambaran kerusakan parenkim hati. Bilirubin serum meningkat,
demikian pula, transaminase serum.
c.
Pemeriksaan
Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi
menunjukkan nekrosis sel hati sentrilobuler, infiltrasi sel radang di segitiga
portal, sedangkan kerangka retikulin masih baik.
d. Diagnosis
Diagnosis
hepatitis virus pada kehamilan ditegakkan atas dasar gambaran klinik dan
laboratorik yang cukup khas, serta pemeriksaan petanda serologik dari virus
hepatitis.
Dalam
membuat diagnosis,perlu dibedakan dengan penyakit lain seperti batu saluran
empedu, mononukleosis infeksiosa, leptospirosis, dan penyakit ikterus
obstruktif lainnya. Adanya ikterus yang berat, bilirubin dan transaminase
serum yang sangat tinggi, leukositosis, suhu tubuh meningkat,
kesadaran yang menurun sampai koma, defisiensi faktor
pembekuan darah, serta tanda-tanda perdarahan, menggambarkan adanya
nekrosis sel parenkim hati yang luas, dan menunjukkan adanya suatu
hepatitis virus tipe fulminan.
e.
Pengelolaan
Pengelolaan secara
konservatif adalah terapi pilihan untuk penderita hepatitis virus pada
kehamilan.
Penderita harus tirah baring di
rumah sakit sampai gejala ikterus hilang dan bilirubin serum menjadi normal,
makanan yang diberikan menzandung kaya kalori dan protein. Obatobat
hepatotoksik harus dihindari, termasuk alkohol dan obatobat yang diekskresi dan
dikonjungasi di hati. Obat-obat yang hepatotoksik antara lain adalah
klorpromasin, derivat fenotiasin, eritromisin estolat, PAS, halotan,
klorpropamid, thiourasil, dan nitrofurantoin.
Bila diduga akan terjadi perdarahan
pasca persalinan karena defisiensi faktor pembekuan darah, perlil diberikan
vitamin K dan transfusi plasma. Keseimbangan cairan dan elektrolit harus
diperhatikan.
Apabila terdapat tanpa-tanda
menjurus ke arah hepatitis fulminan, diit penderita harus diganti dengan rendah
atau tanpa protein; tindakan sterilisasi usus perlu dilakukan untuk mencegah
timbulnya amoniak yang berlebihan. Beberapa penelitian terakhir
menunjukkan bahwa pemakaian kortikosteroid pada hepatitis fulminan tidak
bermanfaat sama sekali.
Hepatitis virus pada kehamilan bukan
merupakan indikasi untuk tindakan terminasi kehamilan, dan tindakan anestesi
serta pembedahan akan menambah morbiditas dan mortalitas penderita.
f.
Prognosis
Prognosis tergantung pada status
nutrisi penderita.4 Untuk hepatitis fulminan prognosis biasanya
jelek, angka kematian mencapai lebih dari 85%.
2.4
Pengaruh Hepatitis pada Kehamilan dan Janin
Bila hepatitis
virus terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka gejala-gejala
nya akan sama dengan gejalamhepatitis virus pada wanita tidak hamil. Meskipun gejala-gejala
yang timbul relatif lebih ringan dibanding dengan gejala-gejala yang timbul
pada trimester III, namun penderita hendaknya tetap dirawat di rumah sakit.
Hepatitis virus
yang terjadi pada trimester III, akan menimbulkan gejala-gejala yang lebih
berat dan penderita umumnya me-nunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase
inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitasIbu
yang sangat tinggi, dibandingkan dengan penderita tidak hamil. Pada trimester
III, adanya defisiensi faktor lipo tropikdisertai kebutuhan janin yang
meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah jatuh dalam acute hepatic
necrosis Tampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan prognose.
Penyelidik lain
juga menyimpulkan, bahwa berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan
sangat tergantung darikeadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi
protein, ditambah pula me-ningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan
janin,menyebabkan infeksi hepatitis virus pada kehamilan memberi gejala-gejala
yang jauh lebih berat.Pengaruh kehamilan terhadap berat ringannya hepatitis virus,telah
diselidiki oleh ADAM, yaitu dengan cara mencari hubungan antara
perubahan-perubahan koagulasi pada kehamilan dengan beratnya gejala-gejala
hepatitis virus. Diketahuibahwa pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi
perubahan-perubahan dalam proses pembekuan darah, yaitu dengan ke-naikan
faktor-faktor pembekuan dan penurunan aktivitasfibrinolitik, sehingga pada
kehamilan mudah terjadi DIC(Disseminated Intra Vascular Coagulation).
Dalam
penelitianini terbukti bahwa DIC tidak berperan dalam meningkatkanberatnya
hepatitis virus pada kehamilan.Tetapi sebaliknya, bila sudah terjadi
gejala-gejala hepatitisvirus yang fulminant, barulah DIC mempunyai
arti.Hepatitis virus pada kehamilan dapat ditularkan kepada ja-nin, baik in
utero maupun segera setelah lahir. Penularan virus ini pada janin, dapat
terjadi dengan beberapa cara, yaitu :
- Melewati
placenta
- Kontaminasi
dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
- Kontak
langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
- Melewati
Air Susu Ibu, pada masa laktasi. Adanya kebocoran plasenta yang menyebabkan
tercampurnya darah ibu dengan darah fetus.
- Tertelannya
cairan amnion yang terinfeksi.
- Adanya abrasi
pada kulit selama persalinan yang menjadi tempat masuknya virus.
- Tertelannya
darah selama persalinan.
- Penularan
melalui selaput lendir.
Baik virus A
maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis virus in
utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal.
Jenis virus yang lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta, ialah virus
type B. Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta, ialah
ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin
barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati
pada periode neonatal akibat infeksi hepatitisvirus. Hasil autopsy menunjukkan
adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai
suatubentuk cirrhosis. Perubahan-perubahan yang lanjut pada heparini, hanya
mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim.
Kelainan yang ditemukan pada hepar janin, lebih banyak terpusat pada lobus
kiri. Hal ini membuktikan, bahwa penyebaran virus hepatitis dari Ibu ke janin
dapat terjadi secarahematogen.Angka kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu
ke janinatau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara timbulnya infeksi
pada Ibu dengan saat persalinan. Angka tertinggididapatkan, bila infeksi
hepatitis virus terjadi pada kehamilantrimester III. Meskipun pada Ibu-Ibu yang
mengalami hepatitis virus padawaktu hamil, tidak memberi gejala-gejala icterus
pada bayi-nya yang baru lahir, namun hal ini tidak berarti bahwa bayi yang baru
lahir tidak mengandung virus tersebut.Ibu hamil yang menderita hepatitis virus
B dengan gejala-gejala klinik yang jelas, akan menimbulkan penularan pada
janinnya jauh lebih besar dibandingkan dengan Ibu-Ibu hamil yanghanya merupakan
carrier tanpa gejala klinik.
Dilaporkan,bahwa
Ibu hamil yang mengalami hepatitis virus B, dengan gejala yang jelas, 48% dari
bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya sebagai
carrier Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami viru sB
antigenemia. Meskipun hepatitis virus, belum jelas pengaruhnya
terhadapkelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa kelahiranprematur
terjadi pada 66% kehamilan yang disertai hepatitis virus B. Adanya icterus pada
Ibu hamil tidak akan menimbulkan kern-icterus pada janin. Kem icterus terjadi
akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-Ibu hamil
yang mengalami hemolitik jaundice. Bila penularan hepatitis virus pada janin
terjadi pada waktupersalinan maka gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai
tiga bulan kemudian. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa
hepatitisvirus pada Ibu hamil dapat menimbulkan kelainan kongenitalpada
janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai hepatitis
virus, tidak dijumpai perubahan-perubahan yang menyolok, hanya ditemukan
bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus B in utero, maka keadaan
ini tidakmemberikan kekebalan pada janin dengan kehamilan berikutnya.
Bayi yang lahir
dari ibu dengan hepatitis B akut maupun kronik, perlu diberi
pengobatan imunoprofilaksis
2.5 Pengobatan
Pengobatan
infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak hamil.
Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan
bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit
mengandung lemak tetapitinggi protein dan karbohydrat. Pemakaian obat-obatan
hepatotoxic hendaknya dihindari.Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit.
Perlu diingatpada hepatitis virus yang aktip dan cukup berat, mempunyai risiko
untuk terjadi perdarahan post-partum, karena menurun-nya kadar vitamin K. Janin
baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan dilakukan
pemeriksaantransaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus antigensecara
periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatankhusus bila tidak
mengalami penyulit-penyulit lain.
2.6 Pencegahan
Semua Ibu hamil
yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis virus A hendaknya
diberi immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat badan. Gamma globulin ternyata tidak
efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Terhadap bayi baru lahir dari ibu
penderita hepatitis virus B, imunisasi pasif dengan menggunakan Immunoglobulin
Hepatitis B (HBIG) diberikan untuk mendapatkan antibodi secepat nya guna
memerangi virus hepatitis B yang masuk; selanjutnya disusul dengan imunisasi
aktif dengan memakai vaksin.
HBIG diberikan selambat-lambatnya 24
jam pasca persalinan, kemudian vaksin Hepatitis B diberikan selambat-lambatnya
7 hari pasca persalinan. Dianjurkan HBIG dan vaksin Hepatitis B diberikan
segera setelah persalinan (masing-masing pada sisi yang berlawanan) untuk
mencapai efektivitas yang lebih tinggi
Dosis HBIG yang
dianjurkan adalah 0,5 ml i.m. waktu lahir; sedangkan untuk vaksin dari MSD
misalnya diberikan 10 ug (0,5 ml) i.m. bulan 0,1 dan 6 atau vaksin dari Pasteur
5 ug (1 ml) bukan 0, 1, 2 dan 12.
Selain itu, gizi Ibu hamil hendaknya
dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah penularan
hepatitis virus.Untuk kehamilan berikutnya hendaknya diberi jarak
sekurang-kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan
tersebut semua gejala dan pemeriksaan laborato-rium telah kembali
normal.Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukanpemeriksaan
laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Bahwa penyebaran penyakit
infeksi dalam kehamilan telah sangat menghawatirkan dan perlu penanganan yang
serius
2. Penyakit infeksi dalam kehamilan
sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang dan kondisi kesehatan
reproduksi
3. Penanggulangan Penyakit
infeksi dalam kehamilan dapat lebih efektif dengan dilakukannya upaya
pencegahan dengan pemeriksaan khusus sedini mungkin sebelum terlambat.
4. Hepatitis dapat disebabkan oleh
kondisi non-infeksi seperti obat-obatan, alkohol, dan penyakit autoimun, atau
oleh adanya infeksi seperti hepatitis virus.
5. Penularan virus ini pada janin,
dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu :
- Melewati
placenta
- Kontaminasi
dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
- Kontak
langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
- Melewati
Air Susu Ibu, pada masa laktasi. Adanya kebocoran plasenta yang menyebabkan
tercampurnya darah ibu dengan darah fetus.
- Tertelannya
cairan amnion yang terinfeksi.
- Adanya abrasi
pada kulit selama persalinan yang menjadi tempat masuknya virus.
- Tertelannya
darah selama persalinan.
- Penularan
melalui selaput lendir.
6. Gejala penyakit hepatitis seperti
keluhan demam, anoreksia, nyeri otot, gejala-gejala mirip flu (flu-like
syndrome), mual atau muntah, serta nyeri perut, yang kemudian akan diikuti mata
atau kulit berwarna kuning, serta buang air kecil akan berwarna kecoklatan.
7. Penderita hepatitis virus A
hendaknya diberi immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat badan. Gamma globulin
ternyata tidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Terhadap bayi baru
lahir dari ibu penderita hepatitis virus B, imunisasi pasif dengan menggunakan
Immunoglobulin Hepatitis B (HBIG) diberikan untuk mendapatkan antibodi secepat
nya guna memerangi virus hepatitis B yang masuk; selanjutnya disusul dengan
imunisasi aktif dengan memakai vaksin.
3.2 Saran
1. Agar penyakit Penyakit
infeksi dalam kehamilan dapat dicegah hendaknya ditingkatkan upaya konseling
melalui program KIE kepada masyarakat luas khususnya mereka yang mempunyai
risiko tinggi. Sehingga masyarakat menyadari bahaya yang ditimbulkan dari
penyakit tersebut.
2. Hendaknya kita menjaga agar
diri kita bisa terbebas dari penyakit ini, serta petugas kesehatan dapat
memberikan penyuluhan dengan penekanan pada aspek perubahan perilaku.
DAFTAR
PUSTAKA
- Hans Tandra, Moh. Yogiantoro, Achmad Hassan, Widawati Soemarto, Hendra Rahardja. Hepatitis Virus tipe Fulminan pada kehamilan. Acta Media Indon 1988; XX : 3.
Sangat bermanfaat sekali, Silahkan juga kunjungi :
BalasHapus1. Asuhan Kehamilan dan Persalinan Dengan Penyakit Jantung
2. Kumpulan materi pelajaran SD, SMP, SMA, tugas sekolah lengkap dengan jawaban dan materi perkuliahan (www.materibelajar.id)
I do not know if you would be interested in my case.Here is Dr Itua Contact Information,drituaherbalcenter@gmail.com Or mobile +2348149277967 He talk on Whatsapp too.
BalasHapusI was treated for Hepatitis C genotype 2 commencing on january 14, 2017 I was treated with Dr Itua Herbal Medicine which he prepared and send to me Via EMS Courier service and I received it @ Ohio Post Office .I drink in two weeks as he instructed me to and I was cured.Just in two weeks,Isn’t that joyful.yes i’m happy and my heart fill with joy.
I carry a high risk of Lymphoma relapse due to constant exposure to the hepatitis C virus.
In order for me to have the maximum chance of a cure from my Non-Hodgkins Lymphoma the Hepatitis C must be treated in a timely manner or my life hangs in jeopardy. Dr Itua made my life meaningful again.And to my friend Nicky who directed me to Dr itua herbal center i forever debted to you my dear friend.Doctor Itua Assured me he can as well cured the following desease,HIV,COPD,DIABETES,HERPES VIRUS,HEPATITIS,