Halaman

Senin, 26 Maret 2012

Makalah hepatitis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Penyakit infeksi dalam kehamilan adalah penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri yang sangat membahayakan bagi ibu hamil. Penyakit ini akan semakin berisiko apabila dan dapat menyebabkan kematian pada janin yang dikandung ibu hamil Penyakit ini menjadi suatu masalah dalam kesehatan reproduksi di Indonesia, hal ini disebabkan karena penyakit infeksi kehamilan dapat mengganggu kesehatan reproduksi dan perkembangan janin dalam tubuh ibu hamil.
Dampak yang timbul akibat infeksi dalam kehamilan ini, khususnya bagi ibu hamil tidak dapat diabaikan begitu saja. Masalah tersebut merupakan masalah besar yang memerlukan penanganan khusus dengan biaya mahal tapi hasilnya tidak begitu memuaskan.
Penyakit infeksi dalam kehamilan menjadi perhatian dari semua pihak, mengingat pengaruhnya terhadap keselamatan manusia pada saat ini maupun keselamatan generasi penerus atau keturunan. Maka dari itu diperlukan penanganan sedini mungkin dengan cara menjaga kebersihan lingkungan dan makanan serta menghindarkan hubungan seksual yang tidak sehat. Hepatitis dan penyakit hati lain yang terjadi selama kehamilan harus menjadi perhatian karena dapat menimbukan masalah kesehatan serius, baik bagi ibu maupun bayi.

 Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepa-titis virus adalah sama dengan wanita tidak hamil pada umuryang sama.Kelainan hepar yang mempunyai hubungan langsung dengan peristiwa kehamilan, ialah :Acute fatty liver of pregnancy (Obstetric acute yellow-atrophy).Recurrent intra-hepatic cholestasis of pregnancy. (2)Infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubungan langsung dengan peristiwa kehamilan, namun tetap memerlu-kan penanganan khusus, mengingat penyulit-penyulit yang mungkin timbul baik untuk ibu maupun janin.
1.2 Rumusan Masalah
Pengaruh hepatitis pada kehamilan yang akan dibahas pada makalah ini adalah:
1.    Apakah pengertian hepatitis ?
2.    Bagaimana fisiologi hati pada kehamilanan ?
3.    Bagaimana timbulnya hepatitis pada kehamilan ?
4.    Apa pengaruh hepatitis pada kehamilan ?
5.    Bagaimana pengobatan hepatitis pada kehamilan ?
6.    Bagaimana pencegahan hepatitis pada kehamilan ?
1.3 . Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui serta dapat memahami mengenai permasalahan dalam penyakit hepatitis dalam kehamilan serta upaya penanggulangannya
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit hepatitis pada kehamilan
b. Untuk mengetahui kerja fisiologi hati pada kehamilan
c. Untuk dapat mengetahui penyebaran penyakit  hepatitis dalam kehamilan
d. Untuk dapat mengetahui pengaruh penyakit hepatitis dalam kehamilan
e. Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan penyakit hepatitis pada kehamilan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hepatitis pada Kehamilan      
Hepatitis merupakan suatu istilah umum untuk terjadinya peradangan pada sel-sel hati. Hepatitis dapat disebabkan oleh kondisi non-infeksi seperti obat-obatan, alkohol, dan penyakit autoimun, atau oleh adanya infeksi seperti hepatitis virus.

Penyakit hati biasanya jarang terjadi pada wanita hamil, namun apabila timbul ikterus pada kehamilan, maka penyebabnya paling sering adalah hepatitis virus.

Adapun ikterus pada kehamilan sebenarnya dapat disebabkan oleh beberapa keadaan :
a. Ikterus yang terjadi oleh karena kehamilan.
1.    Perlemakan hati akut.
2.    Toksemia.
3.    Kolestatis Intrahepatik.
b. Ikterus yang terjadi bersama dengan suatu kehamilan.
1. Hepatitis Virus
2. Batu Empedu
3. Penggunaan obat-obatan hepatotoksik
4. Sirosis hati
Ikterus dapat timbul pada satu dari 1500 kehamilan, 41% di antaranya adalah hepatitis virus, 21% oleh karena kolestasis  intrahepatik, dan kurang dari 6% oleh obstruksi saluran empedu di luar hati.

2.2 Fisiologi Hati dalam Kehamilan Normal
 Pada kehamilan, hepar ternyata tidak mengalami pembesar-an.Hal ini bertentangan dengan penelitian pada binatang yangmenunjukkan bahwa hepar membesar pada waktu kehamilan. Bila kehamilan sudah mencapai trimester ke III, sukar untukmelakukan palpasi pada hepar, karena hepar tertutup oleh pembesaran rahim. Oleh karena itu bila pada kehamilan tri-mester ke III hepar dapat dengan mudah diraba, berarti sudah terdapat kelainan-kelainan yang sangat bermakna.

Pada kehamilan normal, tes fisologi hati seperti bilirubin dan transaminase serum biasanya tidak menunjukkan kelainan. Ekskresi BSP biasanya normal, dapat sedikit terganggu pada trimester ke tiga. Peningkatan fosfatase alkali dalam serum dapat terjadi pada bulan ke sembilan kehamilan peningkatan ini disebabkan oleh produksi dari sinsisiotrofoblas dari plasenta.

     Kolesterol serum total meningkat sejak bulan ke empat, biasanya mencapai puncaknya sekitar 250 mg% pada bulan ke delapan, dan jarang melebihi 400 mg%. Albumin  serum menurun sampai maksimal 1 g% dari keadaan sebelum hamil pada trimester ke tiga, yang biasanya berhubungan dengan status nutrisi orang hamil tersebut. Globulin meningkat, demikian pula fibrinogen. Dengan pemeriksaan elektroforesis protein serum penderita, tampak globulin alfa-2 dan beta meningkat, sedangkan globulin gama sedikit menurun.

 Perubahan-perubahan mikroskopik pada hepar akibat keha-milan adalah tidak khas.Pengaliran darah ke dalam hepar tidak mengalami perubahan,meskipun terjadi perubahan yang sangat menyolok pada sistem kardio vaskuler .Wanita hamil sering menunjukkan tanda-tanda mirip adanyapenyakit-penyakit hepar, misalnya : spider naevi dan eritema palmaris
Adanya spider nevi dan eritema palmaris bukan disebabkan oleh gangguan faal hati, melainkan oleh karena estrogen yang  meningkat pada kehamilan; tanda-tanda ini dapat terjadi pada 2/3 wanita hamil yang berkulit putih, dan  sedikit pada kulit berwama. 
     Pemeriksaan biopsi hati tidak menunjukkan kelainan, meskipun kadang-kadang tampak infiltrasi limfosit yang ringan pada daerah portal, dan pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron terlihat peningkatan retikulum endoplasmik. Aliran darah ke hati juga tidak mengalami perubahan yang berarti.
Semua protein serum yang disintese dalam hepar akan mengalami perubahan pada waktu kehamilan. Jumlah protein serum menurun sekitar 20% pada trimester II, akibat penurunan kadar albumin secara menyolok, sedang fibrinogen justru mengalami kenaikan.

2.3 Hepatitis virus pada Kehamilan

Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan wanita tidak hamil pada usia yang sama. Sarjana lain mengatakan bahwa di negara sedang berkembang, wanita hamil lebih mudah terkena hepatitis virus, hal ini erat hubungannya dengan keadaan nutrisi dan higiene sanitasi yang kurang baik.
Hepatitis virus dapat timbul pada ketiga trimester kehamilan dengan angka kejadian yang sama; tetapi Siegler dan Keyser mendapatkan angka 9.5% hepatitis virus terjadi pada trimester I, 32% terjadi pada trimester II, dan 58,5% terjadi pada trimester  III.
Gambaran klinik, laboratorium, dan histopatologi adalah sama dengan penyakit hepatitis virus pada orang tidak hamil. 


a.    Gambaran Klinik
Penyakit ini biasanya memberikan keluhan demam, anoreksia, nyeri otot, gejala-gejala mirip flu (flu-like syndrome), mual atau muntah, serta nyeri perut, yang kemudian akan diikuti mata atau kulit berwarna kuning, serta buang air kecil akan berwarna kecoklatan. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai ikterus dan hepatomegali, sedangkan splenomegali  hanya ditemukan pada 20–25% penderita. 

b.    Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium akan didapatkan gambaran kerusakan parenkim hati. Bilirubin serum meningkat, demikian pula, transaminase serum.
c.    Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi menunjukkan nekrosis sel hati sentrilobuler, infiltrasi sel radang di segitiga portal, sedangkan kerangka retikulin masih baik.
d.  Diagnosis
Diagnosis hepatitis virus pada kehamilan ditegakkan atas dasar gambaran klinik dan laboratorik yang cukup khas, serta pemeriksaan petanda serologik dari virus hepatitis.

 Dalam membuat diagnosis,perlu dibedakan dengan penyakit lain seperti batu saluran empedu, mononukleosis infeksiosa, leptospirosis, dan penyakit ikterus obstruktif lainnya. Adanya ikterus yang berat, bilirubin dan transaminase serum yang  sangat tinggi, leukositosis, suhu tubuh meningkat, kesadaran yang menurun sampai koma, defisiensi faktor pembekuan  darah, serta tanda-tanda perdarahan, menggambarkan adanya nekrosis sel parenkim hati yang luas, dan menunjukkan adanya suatu hepatitis virus tipe fulminan.




e.    Pengelolaan
Pengelolaan secara konservatif adalah terapi pilihan untuk penderita hepatitis virus pada kehamilan.

Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala ikterus hilang dan bilirubin serum menjadi normal, makanan yang diberikan menzandung kaya kalori dan protein. Obatobat hepatotoksik harus dihindari, termasuk alkohol dan obatobat yang diekskresi dan dikonjungasi di hati. Obat-obat yang hepatotoksik antara lain adalah klorpromasin, derivat fenotiasin, eritromisin estolat, PAS, halotan, klorpropamid, thiourasil, dan nitrofurantoin.
Bila diduga akan terjadi perdarahan pasca persalinan karena defisiensi faktor pembekuan darah, perlil diberikan vitamin K dan transfusi plasma. Keseimbangan cairan dan elektrolit harus diperhatikan.  
Apabila terdapat tanpa-tanda menjurus ke arah hepatitis fulminan, diit penderita harus diganti dengan rendah atau tanpa protein; tindakan sterilisasi usus perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya amoniak yang berlebihan.  Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa pemakaian kortikosteroid pada hepatitis fulminan tidak bermanfaat sama sekali.
Hepatitis virus pada kehamilan bukan merupakan indikasi untuk tindakan terminasi kehamilan, dan tindakan anestesi serta pembedahan akan menambah morbiditas dan mortalitas penderita.
f.     Prognosis
Prognosis tergantung pada status nutrisi penderita.4 Untuk hepatitis fulminan prognosis biasanya jelek, angka kematian mencapai lebih dari 85%.





2.4 Pengaruh Hepatitis pada Kehamilan dan Janin
Bila hepatitis virus terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka gejala-gejala nya akan sama dengan gejalamhepatitis virus pada wanita tidak hamil. Meskipun gejala-gejala yang timbul relatif lebih ringan dibanding dengan gejala-gejala yang timbul pada trimester III, namun penderita hendaknya tetap dirawat di rumah sakit.
Hepatitis virus yang terjadi pada trimester III, akan menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat dan penderita umumnya me-nunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitasIbu yang sangat tinggi, dibandingkan dengan penderita tidak hamil. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropikdisertai kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah jatuh dalam acute hepatic necrosis Tampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan prognose.
Penyelidik lain juga menyimpulkan, bahwa berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat tergantung darikeadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah pula me-ningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin,menyebabkan infeksi hepatitis virus pada kehamilan memberi gejala-gejala yang jauh lebih berat.Pengaruh kehamilan terhadap berat ringannya hepatitis virus,telah diselidiki oleh ADAM, yaitu dengan cara mencari hubungan antara perubahan-perubahan koagulasi pada kehamilan dengan beratnya gejala-gejala hepatitis virus. Diketahuibahwa pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi perubahan-perubahan dalam proses pembekuan darah, yaitu dengan ke-naikan faktor-faktor pembekuan dan penurunan aktivitasfibrinolitik, sehingga pada kehamilan mudah terjadi DIC(Disseminated Intra Vascular Coagulation).
Dalam penelitianini terbukti bahwa DIC tidak berperan dalam meningkatkanberatnya hepatitis virus pada kehamilan.Tetapi sebaliknya, bila sudah terjadi gejala-gejala hepatitisvirus yang fulminant, barulah DIC mempunyai arti.Hepatitis virus pada kehamilan dapat ditularkan kepada ja-nin, baik in utero maupun segera setelah lahir. Penularan virus ini pada janin, dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu :
- Melewati placenta
- Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
- Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
- Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi. Adanya kebocoran plasenta yang menyebabkan tercampurnya darah ibu dengan darah fetus.
- Tertelannya cairan amnion yang terinfeksi.
- Adanya abrasi pada kulit selama persalinan yang menjadi tempat masuknya virus.
- Tertelannya darah selama persalinan.
- Penularan melalui selaput lendir.


Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis virus yang lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta, ialah virus type B. Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta, ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi hepatitisvirus. Hasil autopsy menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatubentuk cirrhosis. Perubahan-perubahan yang lanjut pada heparini, hanya mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim. Kelainan yang ditemukan pada hepar janin, lebih banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa penyebaran virus hepatitis dari Ibu ke janin dapat terjadi secarahematogen.Angka kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu ke janinatau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara timbulnya infeksi pada Ibu dengan saat persalinan. Angka tertinggididapatkan, bila infeksi hepatitis virus terjadi pada kehamilantrimester III. Meskipun pada Ibu-Ibu yang mengalami hepatitis virus padawaktu hamil, tidak memberi gejala-gejala icterus pada bayi-nya yang baru lahir, namun hal ini tidak berarti bahwa bayi yang baru lahir tidak mengandung virus tersebut.Ibu hamil yang menderita hepatitis virus B dengan gejala-gejala klinik yang jelas, akan menimbulkan penularan pada janinnya jauh lebih besar dibandingkan dengan Ibu-Ibu hamil yanghanya merupakan carrier tanpa gejala klinik.

Dilaporkan,bahwa Ibu hamil yang mengalami hepatitis virus B, dengan gejala yang jelas, 48% dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya sebagai carrier Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami viru sB antigenemia. Meskipun hepatitis virus, belum jelas pengaruhnya terhadapkelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa kelahiranprematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai hepatitis virus B. Adanya icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan kern-icterus pada janin. Kem icterus terjadi akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-Ibu hamil yang mengalami hemolitik jaundice. Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktupersalinan maka gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa hepatitisvirus pada Ibu hamil dapat menimbulkan kelainan kongenitalpada janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai hepatitis virus, tidak dijumpai perubahan-perubahan yang menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus B in utero, maka keadaan ini tidakmemberikan kekebalan pada janin dengan kehamilan berikutnya.
Bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis B akut maupun kronik, perlu diberi pengobatan imunoprofilaksis

2.5 Pengobatan
Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung lemak tetapitinggi protein dan karbohydrat. Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari.Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingatpada hepatitis virus yang aktip dan cukup berat, mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan post-partum, karena menurun-nya kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan dilakukan pemeriksaantransaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus antigensecara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatankhusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain.

2.6 Pencegahan
Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis virus A hendaknya diberi immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat badan. Gamma globulin ternyata tidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Terhadap bayi baru lahir dari ibu penderita hepatitis virus B, imunisasi pasif dengan menggunakan Immunoglobulin Hepatitis B (HBIG) diberikan untuk mendapatkan antibodi secepat nya guna memerangi virus hepatitis B yang masuk; selanjutnya disusul dengan imunisasi aktif dengan memakai vaksin.

HBIG diberikan selambat-lambatnya 24 jam pasca persalinan, kemudian vaksin Hepatitis B diberikan selambat-lambatnya 7 hari pasca persalinan. Dianjurkan HBIG dan vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah persalinan (masing-masing pada sisi yang berlawanan) untuk mencapai efektivitas yang lebih tinggi
Dosis HBIG yang dianjurkan adalah 0,5 ml i.m. waktu lahir; sedangkan untuk vaksin dari MSD misalnya diberikan 10 ug (0,5 ml) i.m. bulan 0,1 dan 6 atau vaksin dari Pasteur 5 ug (1 ml) bukan 0, 1, 2 dan 12.
 Selain itu, gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah penularan hepatitis virus.Untuk kehamilan berikutnya hendaknya diberi jarak sekurang-kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laborato-rium telah kembali normal.Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukanpemeriksaan laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Bahwa penyebaran penyakit infeksi dalam kehamilan telah sangat menghawatirkan dan perlu penanganan yang serius
2. Penyakit infeksi dalam kehamilan sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang dan kondisi kesehatan reproduksi
3. Penanggulangan Penyakit infeksi dalam kehamilan dapat lebih efektif dengan dilakukannya upaya pencegahan dengan pemeriksaan khusus sedini mungkin sebelum terlambat.
4. Hepatitis dapat disebabkan oleh kondisi non-infeksi seperti obat-obatan, alkohol, dan penyakit autoimun, atau oleh adanya infeksi seperti hepatitis virus.
5. Penularan virus ini pada janin, dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu :
- Melewati placenta
- Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
- Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
- Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi. Adanya kebocoran plasenta yang menyebabkan tercampurnya darah ibu dengan darah fetus.
- Tertelannya cairan amnion yang terinfeksi.
- Adanya abrasi pada kulit selama persalinan yang menjadi tempat masuknya virus.
- Tertelannya darah selama persalinan.
- Penularan melalui selaput lendir.

6. Gejala penyakit hepatitis seperti keluhan demam, anoreksia, nyeri otot, gejala-gejala mirip flu (flu-like syndrome), mual atau muntah, serta nyeri perut, yang kemudian akan diikuti mata atau kulit berwarna kuning, serta buang air kecil akan berwarna kecoklatan.
7. Penderita hepatitis virus A hendaknya diberi immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat badan. Gamma globulin ternyata tidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Terhadap bayi baru lahir dari ibu penderita hepatitis virus B, imunisasi pasif dengan menggunakan Immunoglobulin Hepatitis B (HBIG) diberikan untuk mendapatkan antibodi secepat nya guna memerangi virus hepatitis B yang masuk; selanjutnya disusul dengan imunisasi aktif dengan memakai vaksin.
3.2 Saran
1. Agar penyakit Penyakit infeksi dalam kehamilan dapat dicegah hendaknya ditingkatkan upaya konseling melalui program KIE kepada masyarakat luas khususnya mereka yang mempunyai risiko tinggi. Sehingga masyarakat menyadari bahaya yang ditimbulkan dari penyakit tersebut.
2. Hendaknya kita menjaga agar diri kita bisa terbebas dari penyakit ini, serta petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan dengan penekanan pada aspek perubahan perilaku.







DAFTAR PUSTAKA

  1. Hans Tandra, Moh. Yogiantoro, Achmad Hassan, Widawati Soemarto, Hendra Rahardja. Hepatitis Virus tipe Fulminan pada kehamilan. Acta Media Indon 1988; XX : 3.

2 komentar:

  1. I do not know if you would be interested in my case.Here is Dr Itua Contact Information,drituaherbalcenter@gmail.com Or mobile +2348149277967 He talk on Whatsapp too.
    I was treated for Hepatitis C genotype 2 commencing on january 14, 2017 I was treated with Dr Itua Herbal Medicine which he prepared and send to me Via EMS Courier service and I received it @ Ohio Post Office .I drink in two weeks as he instructed me to and I was cured.Just in two weeks,Isn’t that joyful.yes i’m happy and my heart fill with joy.
    I carry a high risk of Lymphoma relapse due to constant exposure to the hepatitis C virus.
    In order for me to have the maximum chance of a cure from my Non-Hodgkins Lymphoma the Hepatitis C must be treated in a timely manner or my life hangs in jeopardy. Dr Itua made my life meaningful again.And to my friend Nicky who directed me to Dr itua herbal center i forever debted to you my dear friend.Doctor Itua Assured me he can as well cured the following desease,HIV,COPD,DIABETES,HERPES VIRUS,HEPATITIS,

    BalasHapus