Halaman

Senin, 26 Maret 2012

Tifoid

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Salah satu penyakit infeksi sistemik akut yang banyak dijumpai di berbagai belahan dunia hingga saat ini adalah demam tifoid yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella typhi. Di Indonesia, demam tifoid lebih dikenal oleh masyarakat dengan istilah “penyakit tifus”.
Dalam empat dekade terakhir, demam tifoid telah menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Diperkirakan angka kejadian penyakit ini mencapai 13-17 juta kasus di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 600.000 jiwa per tahun. Daerah endemik demam tifoid tersebar di berbagai benua, mulai dari Asia, Afrika, Amerika Selatan, Karibia, hingga Oceania. Sebagain besar kasus (80%) ditemukan di negara-negara berkembang, seperti Bangladesh, Laos, Nepal, Pakistan, India, Vietnam, dan termasuk Indonesia. Indonesia merupakan salah satu wilayah endemis demam tifoid dengan mayoritas angka kejadian terjadi pada kelompok umur 3-19 tahun (91% kasus).
Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat demam terus-menerus lebih dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari (Bahtiar Latif, 2008).

1.2  Rumusan Masalah
1. Apa itu penyakit demam tifoid?
2. Apa penyebab penyebab demam tifoid?
3. Bagaimana gejala dari demam tifoid?
4. Bagaimana pengaruh demam tifoid pada ibu hamil?
5. Bagaimana pengobatan demam tifoid?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian demam Tifoid.
2. Mengetahui penyebab dari demam tifoid.
3. Mengatehui tanda dan gejala dari demam tifoid.
4.Mengetahui penatalaksanaan mengenai pengobatan dan pencegahan demam tifoid.














BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian tifoid
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus Peyer di distal ileum. (Udjiani Edi Parwito: 2002)
Suatu infeksi bakterial  pada manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi ditandai dengan demam berkepanjangan, nyeri perut, diare, delirium, bercak rose, dan splenomegali serta kadang-kadang disertai komplikasi perdarahan dan perforasi usus. (Butler:1991)
Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Nursalam dkk, 2005 : 152)
Demam tifoid merupakan penyakit  yang penyebaran penyakitnya melalui media tertentu dari distribusi global, gejala yang paling umum yaitu sakit kepala, sakit pada bagian abdomen, diare dan demam tinggi. Penyakit Ini adalah satu penyakit febrile yang disebabkan oleh bakteri gram negativesalmonella enterica dan menjadi salah satu masalah kesehatan di  Negara berkembang dimana di Negara tersebut memiliki pelayanan kesehatan yang lemah, personal hygiene yang lemah dan serta kebersihan makanan yang kurang. Ini adalah endemik pada beberapa bagian dari Negara berkembang, pengelolaan limbah yang buruk juga dapat menjadi factor penyebab penularan demam tifoid, karena dapat menulari makanan.
Penyakit demam tifoid menjadi sangat berbahaya apabila berjangkit selama kehamilan, memiliki factor berbahaya daripada diare, komplikasi seperti pendarahan pada bagian dalam perut, kelainana fungsi hati, perlubangan usus. Ini menjadi resiko besar dari keguguran dan kematian janin, dan berpotensi terjadi infeksi transplacental dari janin, menyebabkan kerusakan hati pada bayi dan pembentukan imunitas terganggu. walau pembahasan baru muncul bahwa demam tifoid tidak mempengaruhi kehamilan. Bisapun terjadi klahiran prematur, serta kematian neonatal.
Pemberian vaksin pada ibu hamil biasanya hanya diberikan disaat ibu hamil yang terjangkiti bepergian ke daerah endemik.

2.2 Penyebabdemamtifoid
Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi yang dapat bertahan hidup lama dilingkungan kering dan beku, peka terhadap proses klorinasi dan pasteurisasi pada suhu 630C.Salmonellae adalah organisme aerobik, tidak berbentuk spora, dan memiliki flagel basil.  Salmonella typhi, yang bertindak sebagai agen penyakit demam tifoid adalah satu anggota dari genus salmonella yang mana masuk dalam kingdom Enterobacteriaceae daribakteri gram negatif. Anggota dari genus ini mempunyai satu keanekaragaman pengaruh pathogenic.. Sel dari Salmonella typhi membentuk panjang 2-3 μm dan berdiameter 0.4 - 0.6 μm.
Organisme ini juga mampu bertahan di sampah mentah selama satu minggu dan dapat bertahan serta berkembang biak dalam susu, daging, telur, atau produknya tanpa merubah warna atau bentuknya. Manusia merupakan satu-satunya sumber penularan alami Salmonella typhi, melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan seorang penderita demam tifoid atau karier kronis.
Menurut Pang, selain karena meningkatnya urbanisasi, demam tifoid masih terus menjadi masalah karena beberapa faktor lain yaitu, penyediaan air bersih yang tidak memadai, adanya strain yang resisten terhadap antibiotik, masalah pada identifikasi dan penatalaksanaan karier, keterlambatan membuat diagnosis yang pasti, patogenesis dan faktor virulensi yang belum dimengerti sepenuhnya serta belum tersedianya vaksin yang efektif, aman, dan murah.
Infeksi didapat dengan cara menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi, dan dapat pula dengan kontak langsunga jari tangan yang terkontaminasi tinja, urine, sekret saluran napas, atau dengan pus penderita yang terkontaminasi. (abdul rohim:2002)
Epidemi demam tifoid yang berasal dari sumber air yang tercemar merupakan masalah yang utama. Ttransmisi secara kongenital dapat terjadi secara transplasental dari seorang ibu yang mengalami bakteriemia kepada bayi dalam kandungan, atau tertular pada saat dilahirkan oleh seorang ibu yang merupakan karier tifoid dengan rute fekal oral. Seseorang yang telah terinfeksi Salmonella typhi dapat menjadi karier kronis dan mengekskresikan mikro organisme selama beberapa tahun.

2.3 Tanda dan gejala
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-12 hari.Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa :
1. Anoreksia
2. rasa malas
3. sakit kepala bagian depan
4. nyeri otot
5. lidah kotor
6. gangguan perut (perut meragam dan sakit) (widodo, 2002)
Menurutpendapatlain, beberapa gejala klinis yang sering terjadi pada demam tifoid adalah sebagai berikut:
  • Demam
    Demam atau panas merupakan gejala utama demam tifoid. Awalnya, demam hanya samar-samar saja, selanjutnya suhu tubuh turun naik yakni pada pagi hari lebih rendah atau normal, sementara sore dan malam hari lebih tinggi. Demam dapat mencapai 39-40oC.
Intensitas demam akan makin tinggi disertai gejala lain seperti sakit kepala,diare, nyeri otot, pegal, insomnia,anoreksia,mual,dan muntah. Pada minggu ke-2 intensitas demam makin tinggi, kadang terus-menerus. Bila pasien membaik maka pada minggu ke-3 suhu tubuh berangsur turun dan dapat normal kembali pada akhir minggu ke-3.
Perlu diperhatikan bahwa tidak selalu ada bentuk demam yang khas pada demam tifoid. Tipe demam menjadi tidak beraturan, mungkin karena intervensi pengobatan atau komplikasi yang dapat terjadi lebih awal. Pada anak khususnya balita, demam tinggi dapat menimbulkan kejang.

  • Gangguan saluran pencernaan
Bau mulut yang tidak sedap karena demam yang lama. Bibir kering dan terkadang pecah-pecah. Lidah terlihat kotor dan ditutupi selaput kecoklatan dengan ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor, pada penderita anak jarang ditemukan. Umumnya penderita sering mengeluh nyeri perut, terutama nyeri ulu hati, disertai mual dan muntah. Penderita anak lebih sering mengalami diare, sementara dewasa cenderung mengalami konstipasi.
  • Gangguan kesadaraan
Umumnya terdapat gangguan kesadaran berupa penurunan kesadaran ringan. Sering ditemui kesadaran apatis. Bila gejala klinis berat, tak jarang penderita sampai somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala psikosis. Pada penderita dengan toksik, gejala delirium (mengigau) lebih menonjol.
  • Hepatosplenomegali
    Pada penderita demam tifoid, hati dan atau limpa sering ditemukan membesar. Hati terasa kenyal dan nyeri bila ditekan.
·         Bradikardia relative dan gejala lain
Bradikardi relatif adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi nadi. Patokan yang sering dipakai adalah bahwa setiap peningkatan suhu 1oC tidak diikuti peningkatan frekuensi nadi 8 denyut dalam 1 menit. Bradikardi relatif tidak sering ditemukan, mungkin karena teknis pemeriksaan yang sulit dilakukan.
Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan pada demam tifoid adalah rose spot (bintik kemerahan pada kulit) yang biasanya ditemukan di perut bagian atas, serta gejala klinis yang berhubungan dengan komplikasi yang terjadi. Rose spot pada anak sangat jarang ditemukan.

2.4 Penatalaksanaan
a. Pengobatan demam tifoid
Pengobatan terhadap demam tifoid merupakan gabungan antara pemberian antibiotik yang sesuai, perawatan penunjang termasuk pemantauan, manajemen cairan, serta pengenalan dini dan tatalaksana terhadap adanya komplikasi (perdarahan usus, perforasi dan gangguan hemodinamik).
Pengobatan akan berhasil dengan baik bila penegakan diagnosis dilakukan dengan tepat. Demam lebih dari 7 hari disertai gejala gastointestinal, pada anak usia di atas 5 tahun, tanpa gejala penyerta lain, dapat dicurigai menderita demam tifoid.
Pemilihan antibiotic sebelum dibuktikan adanya infeksi Samonella dapat dilakukan secara empiris dengan memenuh ikriteria berikut
(1) spectrum sempit,
(2) penetrasi kejaringan cukup,
(3) carapemberianmudahuntukanak,
(4) tidak mudah resisten,
(5) efek samping minimal, dan
(6) adanya bukti efikasi klinis.
Saat redanya demam (time of fever defervescence) merupakan parameter keberhasilan pengobatan, dan saat tersebut menentukan efektifitas antibiotik. Bila suhu turun, berarti membaik, sedang bila menetap mungkin adain feksilain, komplikasi, atau kuman penyebab adalah MDRST (multidrug resistant S.typhi)
Penggunaan antibiotik yang dianjurkan selamaini adalah sebagai berikut :
1. Linipertama
a. Kloramfenikol, masih merupakan pilihan pertama dalam urutan antibiotik, diberikan dengan dosis 50-100 mg/kgBB/hari secara intravena dalam 4 dosis selama 10-14 hari. Banyak penelitian membuktikan bahwa obat ini masih cukup sensitif untuk Salmonella typhi namun perhatian khusus harus diberikan pada kasus dengan leukopenia (tidak dianjurkan pada leukosit <2000/ul.
b. Ampisilin dengan dosis 150-200 mg/kgBB/hari diberikan peroral/iv selama 14 hari, atau
c. Kotrimoksazol dengan dosis 10 mg/kgBB/hari trimetoprim, dibagi 2 dosis, selama 14 hari.
2. Linikedua, diberikan pada kasus-kasus demam tifoid yang disebabkan S.typhi yang resisten terhadap berbagai obat (MDR=multidrug resistance), yang terdiriatas :
a. Seftriakson dengan dosis 50-80 mg/kgBB/hari, dosis tunggal selama  10 hari .Penyembuhan sampai 90% juga dilaporkan pada pengobatan 3-5 hari.
b. Sefiksim dengan dosis 10-12 mg/kgBB/hari peroral, dibagi dalam 2 dosis selama 14 hari, adalah alternatif  pengganti seftriakson yang cukup handal.
c. Florokinolon dilaporkan lebih superior dari pada derifat sefalosporin diatas, dengan angka penyembuhan mendekati 100% dalam kesembuhan kinis dan bakteriologis, di samping kemudahan pemberian secara oral. Namun pemberian obat ini masih kontroversial dalam pemberian untuk anak mengingat adanya pengaruh buruk  terhadap pertumbuhan kartilago.
d. Siprofloksasin, 10 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, sudah dipakai untuk pengobatan. Demam biasanya turun dalam 5 hari. Lama pemberian obat dianjurkan 2-10 hari. Penggunaan obat-obat ini dianjurkan pada kasus demam tifoid dengan MDR.
e. Asitromisin dengan pemberian 5-7 hari juga telah dicoba dalam beberapa penelitian dengan hasil baik, berupa penurunan demam sebelum hari ke 4. Aztreonam juga diuji pada beberapa kasus demam tifoid pada anak dengan hasil baik, namun tidak dianjurkan sebagai pengobatan lini pertama.
Pengobatan suportifakan sangat sangat menentukan keberhasilan pengobatan demam tifoid dengan antibiotik. Pemberian cairan dan kalori yang adekuat sangat penting. Penderita demam tifoid sering menderita demam tinggi, anoreksia dan diare, sehingga keseimbangan cairan sangat penting diperhatikan. Pemberian antipiretik masih kontroversial, di satu pihak demam diperlukan untuk efektifitas respons imun dan pemantauan keberhasilan pengobatan, namun di pihak lain ketakutan akan terjadinya kejang dan kenyamanan anak terganggu, sering membutuhkan pemberian antipiretik. Dianjurkanpemberianantipiretikbilasuhu di atas 38,5ºC.
Terapi dietetik pada anak dengan demam tifoid tidak seketat penderita dewasa. Makanan bebas serat dan mudah dicerna dapat diberikan. Setelah demam turun, dapat diberikan makanan lebih padat dengan kalori yang adekuat.
Pengobatan terhadap demam tifoid dengan antibiotic memerlukan acuan data adanya angka kejadian demam tifoid yang bersifat MDR.Pemberian kortikosteroid juga dianjurkan pada demam tifoid berat, misalnya bila ditemukan status kesadaran delir, stupor, koma, ataupun syok. Deksametason diberikan dengan dosis awal 3 mg/kbBB, diikuti dengan 1 mg/kgBB setiap 6 jam selama 2 hari.

b. Pencegahan demam tifoid
Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar S.typhi, maka setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Pencegahan terhadap demam tifoid dilakukan dengan memperbaiki sanitasi lingkungan dan perilaku sehari-hari
Salmonella typhi di dalam air akan mati apabila dipanasi setinggi 57ºC untuk beberapa menit atau dengan proses iodinasi/klorinasi.Untuk makanan, pemanasan sampai suhu 57ºC beberapa menit dan secara merata juga dapat mematikan kuman Salmonella typhi. Penurunan endemisitas suatu negara/daerah tergantung pada baik buruknya pengadaan sarana air dan pengaturan pembuangan sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap higiene pribadi, serta imunisasi secara aktif dengan vaksin terhadap demam tifoid. Beberapa jenis vaksin telah beredar di Indonesia saat ini.Imunisasi aktif dapat membantu menekan angka kejadian demam tifoid.
Saat sekarang dikenal tiga macam vaksin untuk penyakit demam tifoid, yaitu yang berisi kuman yang dimatikan, kuman hidup dan komponen Vi dari Salmonella typhi. Vaksin yang berisi kuman Salmonella typhi hidup yang dilemahkan (Ty-21a) diberikan peroral tiga kali dengan interval pemberian selang sehari, memberi daya perlindungan 6 tahun. Vaksin ini diberikan pada anak berumur diatas 2 tahun. Vaksin yang berisi komponen Vi dari Salmonella typhi diberikan secara suntikan intramuskular memberikan perlindungan 60-70% selama 3 tahun.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Demam tifoid  menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi di negara yang sedang berkembang karena akibat kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan air bersih yang dapat diminum. Demam tifoid merupakan penyakit  yang penyebaran penyakitnya melalui media tertentu dari distribusi global, gejala yang paling umum yaitu sakit kepala, sakit pada bagian abdomen, diare dan demam tinggi.
Gejala dari penyakit demam tifoid, ditandai oleh demam yang sangat tinggi, paradoxical bradycardia, ruam yang berwarna merah, dan yang paling umum yaitu sakit kepala, sakit pada bagian abdomen dan diare.


3.2 Saran
Petugaskesehatanharuslebihtelitidalammenentukansuatupenyakitdilihatdaritandadangejalasertamasainkubasinya.Jikatandadangejalatidakditanggapisejakdini, tentunyaakanmembahayakankeadaanpenderita. Perluadanyasosialisasikepadamasyarakatumummengenaitanda, gejala, danbahayadaripenyakittifoidini.Agar angkakejadianpenyakittifoidmenurun.






DAFTAR PUSTAKA


Timmreck, Thomas. 2005. Epidemiologisuatupengantaredisi 2. Jakarta:EGC
Rampangan.2008. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.Jakarta.EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar